Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki
kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan
perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas
perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat
kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan
remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian
yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani
permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil.
Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu
ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari
lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan
dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat
positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan
kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan dan membedakan yang
terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar
sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja.
Setiap
remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian
yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam
lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal
jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai Yuyun
(2011).Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah
dikalangan remaja, misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di
media.Akhir-akir ini kasus akibat kekerasan di
sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun yang
kita saksikan di layar televisi.Selain tawuran antar pelajar sebenarnya ada
bentuk-bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang mungkin sudah lama terjadi
di sekolah-sekolah, namun tidak mendapat perhatian, bahkan mungkin tidak
dianggap sesuatu hal yang serius.Misalnya bentuk intimidasi dari teman-teman
atau pemalakan, pengucilan diri dari temannya, sehingga anak jadi malas pergi
ke sekolah karena merasa terancam dantakut, sehingga bisa menjadi depresi tahap
ringan dan dapat mempengaruhibelajar di kelas.
Budaya bullying (kekerasan) atas nama anak
senior masih terus terjadi di kalangan peserta didik. Karena meresahkan,
pemerintah didesak segera menangani masalah ini secara serius. Bullying
adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman
sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk
mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi
berulang kaliPelaku bullying dalam beberapa kasus merupakan korban dari
tindakan para senior sebelumnya.berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan
peserta didik disebabkan kurangnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang
positif sehingga berdampak pula pada kurangnya pemahaman moral atau nilai yang
di terimanya, seperti akrab dengan kekerasan, kebohongan,dan sebagainya yang
merupakan perilaku negatif.
Dalam bertindak, bukan berarti anak tidak tau apa yang
dilakukan salah tapi pemahaman baik buruk anak masih mengacu pada suatu tingkah
laku benar bila tidak dihukum dan salah bila dihukum pemahaman anak yang
berdasarkan perilaku baik tidak dihukum dan buruk dihukum termasuk dalam
pemahaman moral yang pra-konvensional.Seorang anak yang memiliki pemahaman
moral yang tinggi, maka kecenderungan melakukan tindakan yang melanggar norma
seperti mengejek, memukul, menendang temannya lebih rendah. Hal ini berkaitan
dengan pemahaman moral bahwa hal-hal tersebut merupakan tindakan yang tidak
baik dan melanggar moral.semakin seorang individu memiliki tingkat pemahaman
moral yang tinggi akan mengurangi perilaku menyimpang.
1.
Apa yang dimaksud dengan bullying ?
2.
Bagaimana bentuk perilaku bullying ?
3.
Bagaimana dampak dari bullying ?
4.
Bagaimana cara mengatasi bullying ?
Tujuan
penulisan karya ilmiah secara umum adalah sebagai penunjang dan melengkapi
persyaratan tugas untuk mata kuliah Penulisan Karya Tulis Ilmiah Sedangkan
tujuan khusus pembuatan laporan ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apa pengertian dari bullying.
2.
Untuk mengetahui bentuk perilaku bullying
yang terjadi di lingkungan sekolah.
3.
Untuk mengetahui dampak dari bullying.
Manfaat penulisan laporan ini adalah :
1.
Sebagai referensi bacaan untuk para pembaca .
2.
Sebagai pengetahuan terhadap pembaca.
Menurut
Alexander
(dikutip Sejiwa, 2008.10 dalam Widiharto 2008.3) menjelaskan bahwa bullying
adalah masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena
orang-orang yang menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita
depresi dan kurang percaya diri. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa
peserta didik yang menjadi korban bullying akan mengalami kesulitan
dalam bergaul.
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau
mengganggu. banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi
dalam konteks lain ( tempat kerja, masyrakat. komunitas virtual),Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio (2001).
Bullying secara
sederahan diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak
berdaya (Suryanto, 2007.1 dalam Widiharto.2)
Berdasarkan data yang didapat dalam sebuah
penemuan internasional dikatakan 59 persen siswa di Indonesia yang disurvey
melaporkan bahwa siswa tersebut mendengar ejekan yang menyakitkan hati dan
perasaannya setiap harinya di sekolah sehingga merasa enggan atau malas untuk
datang ke sekolah lantaran trauma dan 10% sampai 16% siswa di Indonesia yang
disurvey melaporkan bahwa siswa tersebut telah diejek, diolok-olok, dikucilkan,
dipukul, ditendang, atau didorong setidaknya sekali dalam setiap minggunya di
sekolah. (Huneck, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian
yang dipaparkan oleh seorang psikolog bernama A. Kasandra Putranto pada seminar
yang diadakan di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pada tanggal
21 November 2012 lalu, menunjukkan bahwa dari 353 siswa yang dijadikan sampel
penelitian, tindak bullying yang pernah dialami oleh mereka merupakan tindak
bullying dalam klasifikasi fisik dan psikis. Bullying tersebut 33% disebabkan
karena siswa kesulitan dalam bergaul dan 26% disebabkan karena fisik yang
kecil/ lemah dan cacat. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan dampak yang
ditimbulkan oleh aksi bullying membuat 55% siswa merasa tertekan dan gugup,
sedangkan 37% siswa mengalami kekurangan dalam berkonsentrasi. Dalam penelitian
tersebut, ditunjukkan pula bahwa 36% korban bullying membalas tindak bullying
yang mereka terima ( Koebler, Jason. 2011 ).
Menurut Ratna (dalam Juwita,
2008, h.2) selaku ketua peneliti kekerasan bullying yang hasilnya diumumkan di
seminar nasional ketiga anti-bullying yang digelar di Hotel JW Marriott,
meningkatnya kasus bullying di kalangan remaja disebabkan oleh beberapa hal,
salah satunya melibatkan peran media massa, yaitu begitu banyaknya film yang selalu menampilkan adegan kekerasan.
Menurut
Prof. Heru (2006) Observasi adalah Aktivitas yang dilakukan seseorang terhadap
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya,untuk mendapatkan informasi-informasi yanf dibutuhkan
untuk melanjutkan suatu penelitian.
Menurut
Sugiyono ( 2003:II ) Deskriptif Kualitatif :
Prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif ,yaitu berupa lisan atau kata
tertulis dari seseorang subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik
bahwa data yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya.
Pengertian Bullying
memiliki batasan cukup luas ,tak sekedar tindakan kekerasan fisik.Bullying
berasal dari kata “bully”,yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya
ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Selain gangguan
fisik,korban bullying juga akan mengalami gangguan psikis,berupa stres,karena
bullying biasanya berlangsung dalam waktu yang lama.
Dengan demikian, bullying
pada hakikatnya adalah “ tindakan menggunakan kekuatan ataupun kekuasaan, untuk
melukai seseorang maupun kelompok, secara fisik, mental, serta verbal, sehingga
menyebabkan korbanya merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya”. Maka
berlangsungnya bentuk kekerasan ini dalam dunia pendidikan,yang diakui atau
tidak hingga kini masih saja terus terjadidi negeri kita, jelas merupakan pelanggaran
Hak Anak secara kasat mata, sehingga mesti segera diakhiri.
Pendidikan sebagaimana diketahui, adalah paduan dari
kata education. Education sendiri berasal dari kata “educare”, yang berarti
‘mendorong keluar’atau ‘memunculkan sesuatu dari dalam’. Dengan demikian
pendidikan pendidikan sesungguhnya tidaklah identik dengan proses memasukkan
sesuatu dari luar ke dalam, melainkan justru sebaliknya proses memunculkan
sesuatu dari dalam ke luar.
Secara garis besar bullying dapat dikategorikan dalam
beberapa bentuk agresivitas,yakni :
·
Agresivitas Fisik
Misalnya :
memukul, mencakar, mencubit, menjabak, menendang, merusak barang,memeras,
melakukan pelecehan,dll
·
Agresivitas Emosional
Misalnya : mengancam, menakut-nakuti, menggertak,
mempermaikankan, dll
·
Agresivitas Verbal
Misalnya :
mengejek, menghina, mengolok-olok, memaki, merendahkan, mengitimidasi dll
·
Agresivitas Non Verbal
a.
Langsung
Misalnya : memandang secara sinis,
menibir, menampakkan ekspresi wajah menghina atau merendahkan, dan lain-lain.
b.
Tak langsung
Misalnya : tak memedulikan, menyikapi
dengan cuek, mendiamkan, mengabaikan, mengucilkan, menelantarkan, mengirimi
surat-kaleng,dan lain-lain.
Adanya Bullying antar anak ,biasanya terjadi pada anak
usia sekolah. Para pelaku umumnya memiliki sifat berani, tidak mudah takut, dan
punya motif dasar tertentu, yakni agretivitas, rasa rendah hati, dan kecemasan.
Jadi bullying menjadi bentuk “ mekanisme pertahanan diri” yang digunakan pelaku
untuk menutupi perasaan rendah dirinya sendiri.
Para korban
bullyimg umumnya bukanlah pemberani, memiliki rasa cemas, dan rendah diri, yang
menjadikan mereka sebagai korban tindak kekerasan ( Ramdan, Dadan Muhammad.
2008 ). Akibat mendapat perlakuan ini,korban pun memiliki rasa dendam,untuk
suatu ketika akan mebalasnya terhadap individu lain. Sehingga bukan tak mungkin
korban bullying akan menjadi pelaku bullying pada anak lain yang ia pandang
sesuai dengan tujuannya,yaitu guna mendapat kepuasan dengan cara membalas
dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani, dan ada dendam yang tak
terselesaikan.siswa korban “bullying” akan
mengalami permasalahan kesulitan dalammembina hubungan interpersonal dengan
orang lain dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying)
ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal
tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak
mungkin sedang mengalami “bullying”
di skolaholeh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan
belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari sekolah.
Penyebab terjadinya bullying tak jarang dikaitkan dengan adanya tindak kekerasan yang
dialami oleh pelaku di masa sebelumnya, itu terjadi di rumah maupun di dekolah,
yang dilakukan baik oleh orangtua maupun para guru. Demikian pula pengaruh
budaya kekerasan di telivisi dan flim. Kata-kata kunci untuk mengakhiri
rangkaian tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di
rumah,tak lain adalah “ STOP KEKERASAN” artinya kkersan harus diakhiri dalam
semua bidang kehidupan di lingkungan atau pun sekolah.
Di samping
itu cara mengatasi bullying yang
terjadi di kalangan remaja Pencegahan
agar anak tidak menjadi pelaku bullying,
Cara menghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak
sejak dini.Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan
sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya. Masyarakat mendesak pemerintah agar memiliki program yang tegas,
jelas dan terarah, kalau kita diam saja, maka itu sama saja dengan melegalkan
tradisi dendam di sekolah tersebut. Dan merupakan bahaya yang akan kerap
menghantui para siswa sekolah, baik pada generasi ini, dan pada generasi
mendatang.Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan
yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen
dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid ,kerja sama
antara guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti
kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalammenangani
masalah ini.
Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang
baik dengan anak-anak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan
menanamkan ahlakul karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena
anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan
lebih baik dari memberi nasihat.Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh
sekolah ialah membuat sebuah program anti bullying di sekolah bullying akan
terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina
hubungan saling pecaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk
tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak
menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada
campur tangan secara efektif dari sekolah.
BAB V
PENUTUP
Bullying dalam pendidikan sebenarnya sudah lama ada dalam bentuk
kekerasan fisik, verbal dan psikologis, kekerasan yang menyakiti seseorang
sehingga menimbulkan penderitaa, kecacatan bahkan sampai kematian. Bullying dalam bentu verbal seperti
ejekan, penghinaan, atau menggosipka, bullying dalam bentuk psikologis sepeti
intimidasi, mengucilkan, mendiskriminasikan.
Dampak dari bullying sangat merugikan penderitaaan
misalnya anak mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menimbulkan
gangguan mental di masa yang akan datang, dan anak tidak mau pergi ke sekolah,
hilang konsentrasi sehingga prestasinya menurun drastis. Pelaku bullying ini bukan hanya siswa yang
merasa lebih kuat atau lebih senior, tapi kenyataannya banyak dilakukan oleh
guru–guru yang mereka tidak menyadari bahwa perlakuannya menimbulkan
penderitaan bagi siswa. Untuk mengatasi masalah konseling sangat dibutuhkan.
Konselor bekerja sama dengan orang tua ,masyarakat, kepoilsian dan penegak
hukunm untuk memberi pengertian kepada para pelajar dan mahasiswabahwa bullying
sangat merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander
dikutip Sejiwa,2008.10 dalam widiharto 2008.2 Bullying dan
Peserta didik.
Oakley.1999:156.30
Oktober 2010 Penelitian Kuantitatif
http://www.
blogs.peneltiankuantitatif.Devania annesya.com
Prof.Heru. 2006.observasi.Penerbit: PT.Remaja
Rosdakarya
Ramdan,
Dadan Muhammad. 2008. Inilah Catatan Kasus Kekerasan
di Sekolah. Available at:http://okezone.com/Bullying/inilah-catatan-kasus-kekerasan-di-sekolah.htm
Ratna
Djuwita, (2008). Bullying: Kekerasan Terselubung di Sekolah.
http://www.anakku.net, 20 Nopember 2013.
Riauskina,Djuwita
dan Soesetro (2001). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono. 2003. Deskriptif Kualitatif. Perencanaa Pembelajaran. Bandung. Penerbit:
PT.Remaja Rosdakarya.
Suryanto,2007.1
dalam Widiharta.2 Bullying dan Peserta didik.